REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
“Kamu,
adalah apa yang kamu makan”, istilah ini jika tidak salah diambil dari
film semi dokumentari Amerika di tahun 1968 yang mencoba menangkap
kehidupan essensial dari generasi hippie “flower power” di era tahun
1960 an. Istilah ini ternyata mempunyai spectrum pengertian yang luas.
Karena selain sangat mengena, juga ternyata jika kita berbicara istilah
tersebut bisa dari berbagai aspek. Seperti dari aspek kesehatan,
keseharian, atau bahkan juga kepribadian.
Sewaktu saya masih
kecil, oom Biba paman saya menyebutkan sebuah peribahasa dari Yunani
yaitu “piringmu mencerminkan kepribadianmu”. Itu dikarenakan seringkali
anak-anak meninggalkan sisa-sisa makanan di piringnya, dan menurut paman
saya merujuk kepada arti peribahasa tersebut bahwa kepribadian
seseorang bisa dilatih dari hal-hal kecil semisal tidak membiarkan
piringnya semrawut dengan sisa-sisa makanannya.
Banyak hal yang
dapat menghubungkan perihal makanan dengan kepribadian, semisal jangan
membiasakan makan berlebihan karena akan menimbulkan sifat yang rakus.
Seperti dinyatakan dalam Alquran;
“Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al A’raf, 7 : 31)
Dalam
lain kesempatan pun Rasul menyampaikan agar hendaknya kita makan hanya
untuk sekedar menegakkan punggung, atau dalam kata lain hanya agar
mempunyai tenaga untuk bekerja. Tidak makan berlebihan atau kekenyangan
yang membuat badan seringkali sakit dikarenakan pola makan yang
berlebihan. Seperti dalam hadist;
“Tidaklah Bani Adam memenuhi
kantong yang lebih buruk dari perutnya, hendaklah Bani Adam makan
sekedar menegakkan punggungnya, jika tidak bisa (terpaksa), maka
makanlah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan
sepertiganya untuk nafasnya.” (HR. Imam Tirmidzi)
Kegemukan atau
obesitas sering dikaitkan dengan pola makan secara berlebihan.
Penelitian terbaru menunjukan bahwa terlalu banyak makan bisa
meningkatkan risiko turunnya kemampuan otak, terlebih untuk orangtua.
Para ahli berpendapat, orang yang usianya 70 tahun lebih dan setiap
harinya asupan kalori yang masuk antara 2.100 sampai 6.000 kalori akan
mengalami risiko penurunan fungsi memori dua kali lipatnya, hal ini
merupakan pertanda awal dari penyakit Alzheimer atau kepikunan. Ilmuwan
di bidang neurologi yang bernama Mark Mattson, Ph.D., seorang kepala
laboratorium neuroscience di NIH’s National Institute on Aging. Dalam
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa diet yang tepat seperti berpuasa,
secara signifikan bisa melindungi otak dari penyakit de-generatif
seperti Alzheimer atau Parkinson.
Jika kita lihat nasihat Luqman
Al Hakim pada putranya; “wahai putraku jika kamu penuhi lambungmu akan
tidur pikiranmu, membisukan hikmah, mendudukkan anggota badan dari
beribadah dan pada perut kosong itu banyak faedahnya yaitu menjernihkan
hati, mencerdaskan manusia dan menajamkan bashiroh. Kenyang itu
menyebabkan kedunguan, membutakan hati dan memperbanyak uap dan cairan
lambung.”
Cara mendapat makanan pun apakah dengan cara yang halal
atau haram, mestilah diperhatikan dikarenakan Allah SWT menegaskan
dalam Al Qur’an ;
“Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang
baik-baik, dan kerjakanlah amal yang soleh. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mu’minuun. 23 : 51)
Rasulpun
dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah meriwayatkan beliau mencontohkan
seorang laki-laki, dia telah menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut
serta berdebu, ia mengadahkan kedua tangannya ke langit : “Ya Rabbi ! Ya
Rabbi! Sedangkan ia memakan makanan yang haram, dan pakaiannya yang ia
pakai dari harta yang haram, dan ia meminum dari minuman yang haram, dan
dibesarkan dari hal-hal yang haram, bagaimana mungkin akan diterima
do’anya” (HR. Muslim)
Dalam konteks makanan Allah pun berfirman:
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. betapa pentingnya
manusia memperhatikan makanan sehingga Allah mengingatkan langsung
kepada kita semua agar bersyukur, dikarenakan makanan ada dihadapan kita
itu tidak dengan proses yang sederhana. Diperlukan penciptaan alam
semesta yang saling berhubungan hanya sekedar untuk memakan semisal buah
atau sayuran dihadapan kita. Selain itu darimana atau bagaimana kita
mendapatkannya, lalu memisahkan yang halal dan yang haram, adab-adabnya,
secukupnya dan lain sebagainya. Karena itulah ada benarnya istilah “you
are what you eat” karena betapa pentingnya ihwal makan dan makanan
tersebut.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran sekaligus hikmah
dari bagaimana hendaknya kita memperhatikan makanan kita, agar darinya
terbentuk pola makan yang baik, adab makan yang baik, dari upaya yang
baik (halal) juga termasuk makanan yang baik (thoyib). Aamiin.
Tidaklah
lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang
lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ustaz Erick Yusuf: pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)
twitter @erickyusuf
erickyusuf@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar